Pages

Badai pasti berlalu kala Belitung memanggil


Bagaimana rasanya kalau mau ke suatu tempat tapi H-1 keberangkatan baca berita di media online kalau tempat yang mau dituju lagi ada musibah banjir bandang? Cemas, panik, ragu, bingung, malas kebayang refund tiket pesawat, semuanya jadi satu. Ya, itu yang gue dan istri rasain waktu pergi ke Belitung.

Empat hari jelang keberangkatan, Kabupaten Belitung dan Belitung Timur sedang dilanda banjir bandang. Ribuan orang mengungsi, banyak akses jalan yang tertutup, beberapa desa terisolir. Bahkan banyak penerbangan batal karena cuaca buruk dan bandara di Belitung yang terendam banjir. Karena emang berita banjir itu nggak ada apa-apanya ketimbang berita korupsi, artis kena narkoba, atau pemerintah bubarin ormas, jadinya gue telat dapat info tersebut.

Sumber: detik.com
Nggak lama setelah gue dapat info itu, gue langsung japri Pak Kusdian. Pak Kusdian ialah pegiat wisata di mana gue sewa motor dan antar jemput di bandara memakai jasanya.

Gue: Maaf pak mau tanya bagaimana cuaca di Belitung? katanya lagi ada musibah banjir ya

P Kusdian: Cuaca hujan terus mas. Iya sedang banjir di Belitung Timur.

Gue: Kalau daerah Tanjung Tinggi, pulau Lengkuas, Tanjung Kelayang apa bisa diakses pak?

P Kusdian: itu aman mas

Gue: untuk akses ke Belitung Selatan aman pak?

P Kusdian: Sebaiknya tidak kesana dulu

Kira-kira seperti itu isi chat gue sama Pak Kusdian. Awalnya ragu untuk berangkat. Di benak pikiran gue sih "Ya kali udah jauh-jauh ke sana gue harus kejebak badai". Tapi karena momen bisa mengembara bareng istri itu harus lestari, alhasil problem solvingnya tetap jalan dan ada beberapa list tempat yang gue coret.

Kesan pertama perjalanan

Pemesanan tiket pesawat memang udah gue lakukan dua bulan sebelumnya. Kami dapat tiket yang terbilang murah, cuma Rp 650 ribu untuk pulang pergi. Maskapai pemberangkatan yakni Sriwijaya Air dari Bandara Soetta. Lama penerbangan pesawat cuma satu jam. Ibaratnya kita baru duduk, ngobrol sebentar, baru mau tidur eh udah landing.. Hehehehe.

Belitung dari udara
Saat pesawat mengudara di atas pulau Belitung, pemandangan menarik sudah menyambut kami. Dari atas terlihat hamparan laut yang membiru, garis pantai yang menawan, dan hijaunya hutan diselingi aktivitas penambangan timah yang cukup masif.

Btw, bandara di Belitung itu namanya H.A.S. Hanandjoeddin yang terletak di kota Tanjung Pandan. Gue dapat cerita katanya banyak pejalan yang salah membedakan Bangka dan Belitung sehingga banyak yang salah tujuan (maklum satu provinsi tapi beda pulau). Kalau bandara di Bangka itu namanya Depati Amir yang letaknya di kota Tanjung Pinang. Jadi kalian jangan sampai salah.

Sesampainya di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin kesan pertamanya ini bandara kecil banget lho. Cuaca panas terik menyambut kami. Nggak terlihat jejak-jejak kalau beberapa waktu lalu tempat ini habis diterjang badai. Gue lihat Riry, istri gue kegirangan banget karena cuaca cerah. Tapi gue sendiri masih was-was takut beberapa menit lagi malah hujan lebat. Ingat, jangan terlalu excited, ha..ha..ha.

Kami dijemput Pak Ardi (rekan dari Pak Kusdian) di bandara. Dengan menumpang minibus, perjalanan dari bandara ke penginapan sekitar 30 menit. Kami menginap di hotel Harlika Jaya karena lokasinya persis di Pantai Tanjung Pendam, salah satu spot terbaik melihat sunset di Tanjung Pandan. Banyak tempat menginap murah di Belitung dengan kisaran harga Rp80 s/d 200 ribu (budget backpacker ya). Tarif menginap di Harlika Jaya sendiri berada di kisaran Rp150 s/d 300 ribu.

Tanjung Pandan merupakan kota kecil. Penduduknya bisa dibilang sedikit, sekitar 90 ribu orang. Jalanannya banyak banget persimpangan yang bikin berkendara pertama kalinya di sini agak membingungkan. Karena emang penduduknya sedikit, rasa sepinya jangan ditanya. Ramainya jalanan di sini bumi langit deh sama di Jakarta.

Destinasi

Moda transportasi yang kami gunakan ialah sepeda motor dikarenakan di Belitung nggak ada angkot dan sejenisnya. Di Tanjung Pandan banyak tempat penyewaan motor dan salah satunya ialah milik Pak Kusdian. Untuk isi bensin sendiri cukup sulit menemukan pom bensin. Tapi hal tersebut terbayar oleh banyaknya penjual bensin eceran pinggir jalan.

Sunset di Tanjung Pendam
Destinasi pertama nggak lain ya pantai Tanjung Pendam. Lokasinya cuma 20 meter jalan kaki dari kamar. Dari pusat kota sendiri letaknya nggak jauh. Banyak papan penunjuk jalan yang mengarahkan ke pantai ini. Pantainya sih menurut gue biasa aja. Airnya jauh dari warna biru. Cuma untuk melihat matahari terbenam di sini bagus banget. Jarang kan bisa lihat perpaduan langit dan awan yang ciamik di Jakarta.

Tuan Kembara

Lebih baik jadi burung kecil yang terbang bebas daripada jadi raja yang tertawan. Tertarik di bidang dokumentasi, musik, historia dan humaniora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar